BAKTERI GRAM POSITIF
KELOMPOK
4
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
DASAR
ILMU MIKROBIOLOGI
JAKARTA
30
MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam
kemajuan IPTEK seperti yang ada pada saat ini, menuntut manusia untuk bekerja
lebih keras lagi. Di dalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat resiko dari
pekerjaan tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat ketja. Penyakit
akibat kerja ini disebabkan oleh bebrapa factor diantaranya adalah factor
biologi, fisik, kimia, fisiologi, dan psikologi atau pada sektr pekerjaan yang
berkontak langsung dengan lingkungan.
Lingkungan
dimana mereka bekerja itu tidak selalu bersih dalam artian bebas dari sumber-sumber
penyakit yang berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, cacimg, kutu, bahkan
hewan dan umbuhan besar pun menjadi sumber penyakit. Akan tetapi, virus dan
bakteri lah yang menjadi penyebab utama penyakit.
Bakteri
merupakan organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat dengen
menggunakan mikroskop. Bakteri hidup di sekitar kita dan juga di dalam tubuh
kita. Cabang ilmu yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri
bersifat kosmopolit, dan hingga kini telah diketahui lebih dari 5.000 spesies
bakteri yang terdapat di bumi.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar tentang beberapa penyakit seperti
keracunan makanan, impetigo, TBC, dan lain-lain. Penyakit itu semua merupakan
akibat dari virus dan bakteri. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bakteri
gram positif, penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri gram positif, dan cara
pengobatan, serta pencegahan dari penyakit tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud bakteri gram positif?
2.
Apa tipe enterotoksin yang dihasilkan
bakteri Staphylococcus aureus?
3. Bagaimana
klasifikasi, gejala, diagnosis penyakit impetigo?
4. Bagaimana
patofisiologi penyakit impetigo?
5. Bagaimana
faktor resiko penyakit impetigo?
6. Bagaimana
pengobatan dan pencegahan penyakit impetigo?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, terdapat tujuan yang akan dicapai, sebagai berikut:
1. Mengetahui
bakteri gram positif
2. Mengetahui
tipe enterotoksin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus
aureus
3. Mengetahui
klasifikasi, gejala, dan diagnosis penyakit impetigo
4. Mengetahui
patofisiologi penyakit impetigo
5. Mengetahui
factor resiko penyakit impetigo
6. Mengetahui
pengobatan dan pencegahan penyakit impetigo
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bakteri Gram Positif
2.1.1 Pengertian Bakteri Gram Positif
Pengelompokkan
bakteri secara formal pertama kali dikembangkan oleh Hans Christian Gram. Ia
membagi bakteri berdasarkan karakteristik dinding sel nya malalui system
pewarnaan gram, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Dikatakan
bakteri gram positif jika ketika bakteri diwarnai dengan Kristal violet (warna
ungu) kemudian dicuci dengan alcohol atau aseton, warna ungunya tidak luntur.
Sebaliknya, jika warna ungunya luntur dikatakan bakteri gram negatif.
Bakteri
gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna ungu kristal violet
sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan bewarna biru atau ungu di bawah
mikroskop.
2.1.2 Ciri-ciri Bakteri Gram Positif
a. Struktur
dinding sel nya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau manolayer.
b. Dinding
sel nya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang
sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
c. Bersifat
lebih rentan terhadap penisilin
d. Pertumbuhan
dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal.
e. Komposisi
nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
f. Resistensi
terhadap alkali (1% KOH) larut.
g. Tidak
peka terhadap streptomisin.
h. Reproduksinya
dengan cara pembelahan biner.
i. Alat
geraknya kebanyakan nonmitil, bila memiliki motil maka tipe falgelanya adalah
pentritrikus.
j. Toksin
yang dibentuk berupa eksotoksin dan endotoksin.
k. Mempunyai
susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30
lapisan.
2.1.3 Contoh Bakteri Gram Positif
a. Antinobakteria,
sifatnya agak mirip fungi. Bakteri ini memiliki paptidoglikan pada dinding sel
nya dan tidak memiliki selaput inti. Misalnya, beberapa genus Streptomyces yang menghasilkan antibiotic
strestomisin.
b. Bakteri
asam laktat, mampu memfermentasi gula dan menghasilkan asam laktatsebagai hasil
akhirnya. Bakteri ini hidup secara alami di mulut dan vagina manusia.
c. Mikobakteria,
mengandung senyawa lilin di dinding sel nya. Misalnya Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC.
d. Streptococcus,
hidup di mulut dan saluran pencernaan manusia dan hewan lain.
e. Staphylocccus,
biasanya hidup di hidung dan kulit. Bakteri ini termasuk bakteri pathogen
oportunisik yang menyebabkan penyakit bila system kekebalan tubuh sedang
menurun.
f. Klostridium,
bersifat anaeorobik. Misalnya Clostridium
tetani penyebab tetanus dan Clostrodium
botulinum penyebab penyakit botulinum.
2.1.4 Perbedaan Bakteri Gram positif dan
Bakteri Gram Negatif
Perbedaan dasar antara bakteri gram
positif dengan bakteri gram negative adalah pada komponen dinding selnya.
Bakteri gram positif memiliki membrane tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang
tebal, sedangkan bakteri gram negative memiliki peptidoglikan yang tipis.
Sifat
|
Bakteri Gram Positif
|
Bakteri Gram Negatif
|
Membran
|
Hanya mempunyai
membrane plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglikan sedangkan sisanya hanya berupa molekul lain bernama asam
teikhoat
|
Mamiliki system
membrane ganda dimana membran plasmanya diselimuti oleh membrane luar
permeable. Bakteri ini mempunyai dinding sel tipis berupa peptidoglikanyang
terletak diantara membran dalam dan membrane luarnya
|
Komposisi
dinding sel
|
Kandungan lipid rendah
|
Kandungan lipid tinggi
|
Ketahanan
terhadap penicillin
|
Lebih sensitive
|
Lebih tahan
|
Penghambatan
warna basa
|
Lebih dihambat
|
Kurang dihambat
|
Kebutuhan
nutrient
|
Kompleks
|
Relative sederhana
|
Ketahanan
terhadap perilaku fisik
|
Lebih tahan
|
Kurang tahan
|
2.1.5 Skema
cara pengecatan Gram
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
Kelebihan :
- Pengecatan Gram penting sebagai
pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti
definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri
terhadap antibiotik). Hal ini
karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda
terhadap berbagai jenis antibiotika.
- Kadang-kadang morfologi bakteri
yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada
pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari
spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.
Kekurangan :
Pengecatan Gram memerlukan
mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil
mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme
tersebut. Pellet (endapan hasil
sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
2.1.6 Bakteri Gram Positif yang
Menguntungkan
a.
Streptococus
thermophilies
Streptococus
thermophiles memfermentasi gula terutama menjadi asam
laktat, dan karena itu ia termasuk golongan bakteri asam laktat. Ia merupakan
salah satu dari dua bakteri yang dibutuhkn untuk memproduksi yogurt dan susu
fermentasi lainnya, dan memiliki peran penting terutama dalam pembentukan
tekstur dan citarasa yogurt. S.thermophilus
memiliki peran sebagai probiotik, mengurangi gejala intoleransi laktosa,
dan gangguan gastrointestinal lainnya.
b. Streptococcus lactis
Streptococcus lactis
adalah salah satu bakteri yang terlibat dalam
pembuatan yoghurt, keju dan mentega. bahkan bakteri inilah yang
membedakan yoghurt dengan produk olahan susu jenis lain. bakteri ini akan bekerja sama dengan bakteri Lactobacillus
bulgaricus dalam memfermentasi susu segar untuk mengubahnya menjadi yoghurt.
Bakteri Lactobacillus bulgaricus akan berperan dalam
pembentukan aroma yoghurt, sedangkan Streptoccus lactis berperan dalam
pembentukan rasa dari yoghurt.
c.
Streptococcus
mutan
Streptococcus mutan
adalah di rongga gigi manusia yang luka. Metabolisme pada bakteri ini bersifat
anaerob dengan cara mengubah gula menjadi asam laktat sebagai produk akhir.
Bakteri Streptococcus mutans menguntungkan kerena dapat mengubah gula menjadi
asam laktat, disamping itu juga merugikan karena dapat menimbulkan penyakit karies
gigi
d.
Bacillus
subtilis
Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari
1946 sebagai immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit
urinary tract seperti Rotavirus dan Shigella. Bacillus subtilis merupakan salah satu yang paling banyak digunakan
untuk produksi enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk
produksi amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu,
aplikasinya banyak sekali.
e.
Bacillus
thuringiensis
Sudah dikenal luas sebagai bakteri pathogen terhadap
serangga. Bioinsektisida berbahan bakteri. Pada saat ini sudah banyak ditemukan
pada air cucian beras dan digunakan untuk pengendalian hama karena memiliki
beberapa kelebihan diantaranya tidak menimbulkan resistensi, tidak membunuh
organisme yang berguna, dan residunya
tidak menimbulkan bahaya bagi manusia.
f.
Bacillus
licheniformis
Bacillus
licheniformis sangat bermanfaat sebagai probiotik dan
biasa dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ikan.
g.
Bacillus
brevis
Bacillus brevis
sangat bermafaat bagi kehidupan manusia yaitu menghasilkan terotrisin.
Tirotrisin merupakan antibiotik pertama yang dipakai untuk mengobati
penyakit-penyakit manusia. Dewasa ini tirotrisin masih dipakai,tetapi hanya
pada dosis yang sangat rendah karena sangat beracun. Antibiotik ini hanya
dipakai untuk mengobati infeksi pada permukaan tubuh saja.
h.
Corynebacterium
glutamicum
Dapat menghasilkan Monosodium Glutamat (MSG) yang berguna
sebagai penguat rasa, menghilangkan rasa
tidak enak yang terdapat pada bahan makanan tertentu dalam industri makanan. lutamicum C. membuat banyak kontribusi
bagi lingkungan karena dapat digunakan dalam bioremediasi, seperti arsen.
Penelitian juga dilakukan menggunakan glutamicum C. untuk menghasilkan plastik
biodegradable.
i.
Clostridium
botulinum
Selama pertumbuhan, eksotoksin dikeluarkan oleh bakteri
ini ke lingkungan sekitarnya. Eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini
sering disebut Botix (Botulinum Toxin) . Di bidang kecantikan, botox digunakan
melalui cara suntikan. Zat ini dipercaya ampuh menghilangkan kerutan wajah
seperti di kening dan garis tawa. Penyuntikan tentunya harus dilakukan oleh
ahli kecantikan atau dokter sesuai dosis yang diperlukan.
2.1.7 Penyakit dari Bakteri Gram Positif
Gram
|
Genus
|
Penyakit
|
Staphylocccus
|
Impetigo, keracunan makanan,
bronkitis
|
|
Gram Positif
|
Streptococcus
|
Pneumonia, meningitis, karies gigi
|
Enterococcus
|
Enteritis
|
|
Bacillus
|
Anthrax
|
|
Clostridium
|
Tetanus, botulisme
|
|
Mycobacterium
|
Tuberkolsis
|
|
Mycoplasma
|
Jerawat pneumonia
|
2.2 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aereus
merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk menggerombol
yang tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus
aereus bertambah dengan cepat pada beberapa tipe media dengan aktif melakukan
metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam
pigmen dari warna putih hingga kuning gelap. Staphylococcus aereus cepat menjadi resisten terhadap beberapa
antimikroba.
Klasifikasi
Staphylococcus aureus :
Kingdom
: Protozoa
Divisio
: Schyzomycetes
Class
: Schyzomycetes
Ordo
: Eubacterialos
Family
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus bersifat
nonmetal, non spora, anaerob fakultatif, katalase positif, dan oksidase
negative. Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi
di bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada
temperatur 20 - 35ºC. Koloni pada media padat berbentuk bulat, lambat dan mengkilat.
Staphylococcus aureus menghasilkan
tujuh tipe enterotoksin, yaitu: A, B, C, C1, C2, D, dan E.
Staphylococcus aureus mempunyai
4 karakteristik khusus, yaitu faktor virulensi yang menyebabkan penyakit berat
pada normal hast, faktor differensiasi yang menyebabkan penyakit yang berbeda pada
sisi atau tempat berbeda, faktor persisten bakteri pada lingkungan dan manusia
yang membawa gejala karier, dan faktor resistensi terhadap berbagai antibiotik
yang sebelumnya masih efektif. Staphylococcus aureus menghasilkan katalase yang
mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Berikut akan dijelaskan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aereus
2.2.1 Impetigo
Impetig merupakan suatu penyakit
kulit yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aereus. Penularan penyakit ini dapat terjadi secara
langsung melalui sentuhan kulit dengan kulit atau melalui barang-barang
perantara, seperti handuk, baju, atau peralatan makan yang telah terkontaminasi
bakteri ini.
Umumnya kondisi ini lebih banyak
diidap oleh anak-anak daripada orang dewasa, karena lingkungan mereka lebih
menunjang untuk terjadinya interaksi fisik dengan teman-teman sebaya mereka,
seperti di sekolah. Berdasarkan gejalanya, impetigo dibagi menjadi dua, yaitu
jenis bulosa dan nonbulosa. Impetigo bolusa ditandai dengan kulit yang melepuh
dan berisi cairan. Sedangkan impetigo nonulosa ditandai dengan munculnya
bercak-bercak merah, seperti luka yang meninggalkan kerak bewarna kuning
kecoklatan. Meski tidak melepuh, impetigo nonbulsa lebih menular dibandingkan
dengan impetigo bulosa.
Selain gejala yang tampak pda kulit,
ada juga gejala lain yang menyertai kedua jenis impetigo, yaitu demam dan
pembengkakan kelenjar getah bening.
2.2.2 Proses Perkembangan Gejala
Impetigo
Gejala
impetigo tidak langsung muncul setelah penderit terinfeksi, namun gejala
biasanya baru terlihat setelah 4-10 hari terpapar bakteri. Umumnya jenis
impetigo yang lebih sering menjangkiti adalah nonbulosa. Infeksi impetigo
bulosa biasanya muncul di bagian tengah tubuh antara pinggang dan leher atau
lengan dan tungkai. Sedangkan infeksi impetigo nonbulosa biasa terjadi di
sekitar mulut dan hidung. Tapi dapat mneyebar ke seluruh tubuh lainnya melalui
perantara jari, handuk, atau baju yang telah terpapar bakteri.
Berikut
ini adalah perkembangan gejala impetigo bulosa:
a) Kulit
melepuh dan berisi cairan berukuran 1-2 cm yang tersa sakit dan membuat kulit
di sekitarnya gatal.
b) Kulit
melepuh yang dalam waktu singkat dapat menyebar kemudian pecah dalam beberapa
hari
c) Pecahan
kulit yang melepuh kemudian meninggalkan kerak bewarna kuning
d) Setelah
sembuh, kerak kuning tersebut hilang tanpa meninggalkan bekas sama sekali
Berikut
ini adalah perkembangan gejala impetigo nonbulosa:
a) Munculnya
bercak merah menyerupai luka yang tidak terasa sakit, namun gatal
b) Bercak
dapat menyebar dalam wakt singkat ketika disentuh atau digaruk, kemudian
berganti menjadi kerak bewarna kecoklatan
c) Setelah
kerak yang ukurannya sekitar 2 cm ini kering, yang tersisa adalah bekas bewarna
kemerahan
d) Bekas
bewarna kemerahan ini dapat sembuh tanpa bekas dalam jangka waktu beberapa hari
atau minggu
Patogenesis
kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi dalam 3 kategori:
1.
Mikroorganisme patogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder pada
kulit.
2.
Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen menyebabkan
kelainan pada kulit.
3.
Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik.
2.2.3 Penyebab Impetigo
Penyebab penyakit impetigo adalah bakteri Staphylococcus aereus atau Streptococcus pyogenes. Penularan
bakteri ini dapat terjadi melalui kontak fisik langsung dengan penderita atau
melalui perantara seperti baju, handuk, serbet, dan lain sebaginya.
Bakteri ini akan lebih mudah menginfeksi
seseorang jika orang tersebut memiliki luka sebelumnya, bisa juga karena luka
yang ditimbulkan oleh infeksi kulit lain seperti, eksim, kudis, atau infeksi
kutu. Faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terpapar
bakteri impetigo, diantaranya:
·
Melakukan aktivitas yang penuh dengan kontak
kulit. Misalnya bermain sepak bola
·
Memiliki kekebalan tubuh yang lemah
·
Lingkungan yang padat. Bakteri ini lebih
mudah menular di lingkungan yang ramai
·
Anak-anak
·
Suhu lembab
·
Berpenyakit diabetes. Gejala luka yang
dimiliki oleh penderita diaetes memudahkan bakteri impetigo untuk masuk dan
menginfeksi
2.2.4 Diagnosis Impetigo
Untuk menilai apakah seseorang
terkena impetigo atau tidak, biasanya tidak membutuhkan tes laboratorium karena
dokter dapat mendiagnosis penyakit ini hanya dari melihat ciri-ciri kullit yang
terinfeksi. Tes laboratorium dilakukan untuk penderita impetigo yang semakin
memburuk walau telah diberikan obat, biasanya pada kasus ini pasien terkena
penyakit lain, misalnya penyakit herpes.
2.2.5 Pengobatan Impetigo
Pengobatan
utama impetigo adalah menggunakan antibiotik. Antibiotik dibagi menjadi dua,
yaitu antibiotic oles dan antibiotic minum. Antibiotic oles digunakan jika
infeksi yang terjadi masih ringan. Sedangkan antibiotic minum digunakan jika
gejala impetigo tidak bisa ditangani.
2.2.6 Komplikasi Impetigo
Jika
tidak ditangani dengan benar, impetigo dapat menyebabkan komplikasi seperti
berikut:
·
Penyakit glomerulonetfritis. Jika bakteri
masuk ke dalam system limfa dan aliran drah, maka kesehatan organ ginjal dapat
terancam. Salah satu komplikasi yang menyerang ginjal ini ditandai denga sakit
kepala dan mual terus menerus, pembengkakan pada tubuh, serta perubahan pada
urine
·
Penyakit ecthyma. Kondisi ini merupakan
perkembangan dari gejala impetigo yang sangat parah, yaitu ketika infeksi
menyebar lebih jauh ke dalam lapisan kulit dan dapat meninggalkan bekas luka
permanen. Kulit penderita ecthyma akan dipenuhi bisul bernanah yang terasa
sangat gatal, dan kerak-kerak bewarna cokelat gelap
·
Selulitis. Serangan bakteri impetigo di lapisan
kulit dalam juga bisa merusak jaringan kulit dan menyebabkan selulitis atau
infeksi kulit lapisan dalam. Jika dibiarkan berakibat fatal.
2.2.7 Pencegahan Penyakit
Impetigo
Pencegahan penyakit impetigo ini sangat
sederhana sekali, yaitu:
·
Hindari bersentuhan langsung dengan penderita
atau berbagi pakaian, misalnya handuk.
·
Usahakan suhu lingkungan rumah atau kamar
tidak lembab agar bakteri tidak masuk
·
Jaga kebersihan diri dan lingkungan
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakteri adalah makhluk hidup yang bersifat uniseluler. Pembagian
bakteri menurut karakteristik dinding sel nya dibedakan menjadi dua yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Pada bakteri gram positif yang
telah dibahas, ada bakteri yang mneguntungkan dan merugikan. Untuk menjaga agar
terhindar dari penyakit yang di khusunya disebabkan oleh bakteri yaitu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
3.2 Saran
Khusunya kepada calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang
akan melakukan pencegahan penyakit kepada masyarakat agar menjaga kebersihan
diri sendiri terlebih dahulu dan menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini
dilakukan agar khususnya diri sendiri dan masyarakat terhindar dari berbagai
penyakit yang disebabkan oleh bakteri khususnya bakteri gram positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi, 2013, ‘Isolasi, Identifikasi, dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxilin dari
Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Masitis di Wilayah
Giri,ulyo, Kulonprogo, Yogyakarta’, Jurnal
Sain Veteriner, Vol.31, No.2, dilihat 30 Maret 2018
Pratiwi, dkk, 2014, Biologi Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta, Erlangga.
Pediatri,
2001, ‘Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit’, International
Education
Journal, Vol. 2, No. 4, dilihat
30 Maret 2018
Comments
Post a Comment