MAKALAH BAKTERI GRAM POSITIF-KESEHATAN MASYARAKAT Skip to main content

MAKALAH BAKTERI GRAM POSITIF-KESEHATAN MASYARAKAT






BAKTERI GRAM POSITIF
KELOMPOK 4



FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DASAR ILMU MIKROBIOLOGI
JAKARTA
30 MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam kemajuan IPTEK seperti yang ada pada saat ini, menuntut manusia untuk bekerja lebih keras lagi. Di dalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat resiko dari pekerjaan tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat ketja. Penyakit akibat kerja ini disebabkan oleh bebrapa factor diantaranya adalah factor biologi, fisik, kimia, fisiologi, dan psikologi atau pada sektr pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan.
Lingkungan dimana mereka bekerja itu tidak selalu bersih dalam artian bebas dari sumber-sumber penyakit yang berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, cacimg, kutu, bahkan hewan dan umbuhan besar pun menjadi sumber penyakit. Akan tetapi, virus dan bakteri lah yang menjadi penyebab utama penyakit.
Bakteri merupakan organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat dengen menggunakan mikroskop. Bakteri hidup di sekitar kita dan juga di dalam tubuh kita. Cabang ilmu yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri bersifat kosmopolit, dan hingga kini telah diketahui lebih dari 5.000 spesies bakteri yang terdapat di bumi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar tentang beberapa penyakit seperti keracunan makanan, impetigo, TBC, dan lain-lain. Penyakit itu semua merupakan akibat dari virus dan bakteri. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bakteri gram positif, penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri gram positif, dan cara pengobatan, serta pencegahan dari penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud bakteri gram positif?
2.    Apa tipe enterotoksin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus?
3.    Bagaimana klasifikasi, gejala, diagnosis penyakit impetigo?
4.    Bagaimana patofisiologi penyakit impetigo?
5.    Bagaimana faktor resiko penyakit impetigo?
6.    Bagaimana pengobatan dan pencegahan penyakit impetigo?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat tujuan yang akan dicapai, sebagai berikut:
1.    Mengetahui bakteri gram positif
2.    Mengetahui tipe enterotoksin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus
3.    Mengetahui klasifikasi, gejala, dan diagnosis penyakit impetigo
4.    Mengetahui patofisiologi penyakit impetigo
5.    Mengetahui factor resiko penyakit impetigo
6.    Mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit impetigo








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bakteri Gram Positif
2.1.1 Pengertian Bakteri Gram Positif
Pengelompokkan bakteri secara formal pertama kali dikembangkan oleh Hans Christian Gram. Ia membagi bakteri berdasarkan karakteristik dinding sel nya malalui system pewarnaan gram, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Dikatakan bakteri gram positif jika ketika bakteri diwarnai dengan Kristal violet (warna ungu) kemudian dicuci dengan alcohol atau aseton, warna ungunya tidak luntur. Sebaliknya, jika warna ungunya luntur dikatakan bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna ungu kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan bewarna biru atau ungu di bawah mikroskop.
2.1.2 Ciri-ciri Bakteri Gram Positif
a.    Struktur dinding sel nya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau manolayer.
b.    Dinding sel nya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
c.    Bersifat lebih rentan terhadap penisilin
d.    Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal.
e.    Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
f.     Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut.
g.    Tidak peka terhadap streptomisin.
h.    Reproduksinya dengan cara pembelahan biner.
i.      Alat geraknya kebanyakan nonmitil, bila memiliki motil maka tipe falgelanya adalah pentritrikus.
j.      Toksin yang dibentuk berupa eksotoksin dan endotoksin.
k.    Mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan.

2.1.3 Contoh Bakteri Gram Positif
a.    Antinobakteria, sifatnya agak mirip fungi. Bakteri ini memiliki paptidoglikan pada dinding sel nya dan tidak memiliki selaput inti. Misalnya, beberapa genus Streptomyces yang menghasilkan antibiotic strestomisin.
b.    Bakteri asam laktat, mampu memfermentasi gula dan menghasilkan asam laktatsebagai hasil akhirnya. Bakteri ini hidup secara alami di mulut dan vagina manusia.
c.    Mikobakteria, mengandung senyawa lilin di dinding sel nya. Misalnya Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC.
d.    Streptococcus, hidup di mulut dan saluran pencernaan manusia dan hewan lain.
e.    Staphylocccus, biasanya hidup di hidung dan kulit. Bakteri ini termasuk bakteri pathogen oportunisik yang menyebabkan penyakit bila system kekebalan tubuh sedang menurun.
f.     Klostridium, bersifat anaeorobik. Misalnya Clostridium tetani penyebab tetanus dan Clostrodium botulinum penyebab penyakit botulinum.

2.1.4 Perbedaan Bakteri Gram positif dan Bakteri Gram Negatif
            Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dengan bakteri gram negative adalah pada komponen dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki membrane tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal, sedangkan bakteri gram negative memiliki peptidoglikan yang tipis.
Sifat
Bakteri Gram Positif
Bakteri Gram Negatif
Membran
Hanya mempunyai membrane plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya hanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat
Mamiliki system membrane ganda dimana membran plasmanya diselimuti oleh membrane luar permeable. Bakteri ini mempunyai dinding sel tipis berupa peptidoglikanyang terletak diantara membran dalam dan membrane luarnya
Komposisi dinding sel
Kandungan lipid rendah
Kandungan lipid tinggi
Ketahanan terhadap penicillin
Lebih sensitive
Lebih tahan
Penghambatan warna basa
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Kebutuhan nutrient
Kompleks
Relative sederhana
Ketahanan terhadap perilaku fisik
Lebih tahan
Kurang tahan

2.1.5 Skema cara pengecatan Gram

Rounded Rectangle: Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1 – 3 menit
Rounded Rectangle: Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir
Rounded Rectangle: Preparat digenangi cat Gram B selama 0,5 – 1 menit
Rounded Rectangle: Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir
Rounded Rectangle: Preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan.
Rounded Rectangle: Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir
Rounded Rectangle: Preparat digenangi dengan cat Gram D selama 1 – 2 menit
Rounded Rectangle: Sisa cat dibuang lalu preparat dikeringkan di udara
Rounded Rectangle: Preparat siap diamati dibawah mikroskop
 











































Kelebihan :
  1. Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik).  Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.
  2. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.
Kekurangan :
Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml.  Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut.  Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
2.1.6 Bakteri Gram Positif yang Menguntungkan
a.    Streptococus thermophilies
            Streptococus thermophiles memfermentasi gula terutama menjadi asam laktat, dan karena itu ia termasuk golongan bakteri asam laktat. Ia merupakan salah satu dari dua bakteri yang dibutuhkn untuk memproduksi yogurt dan susu fermentasi lainnya, dan memiliki peran penting terutama dalam pembentukan tekstur dan citarasa yogurt. S.thermophilus memiliki peran sebagai probiotik, mengurangi gejala intoleransi laktosa, dan gangguan gastrointestinal lainnya.
b.    Streptococcus lactis
Streptococcus lactis adalah salah satu bakteri yang terlibat dalam  pembuatan yoghurt, keju dan mentega. bahkan bakteri inilah yang membedakan yoghurt dengan produk olahan susu jenis lain. bakteri ini akan  bekerja sama dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam memfermentasi susu segar untuk mengubahnya menjadi yoghurt. Bakteri Lactobacillus  bulgaricus akan berperan dalam pembentukan aroma yoghurt, sedangkan Streptoccus lactis berperan dalam pembentukan rasa dari yoghurt.
c.    Streptococcus mutan
Streptococcus mutan adalah di rongga gigi manusia yang luka. Metabolisme pada bakteri ini bersifat anaerob dengan cara mengubah gula menjadi asam laktat sebagai produk akhir. Bakteri Streptococcus mutans menguntungkan kerena dapat mengubah gula menjadi asam laktat, disamping itu juga merugikan karena dapat menimbulkan penyakit karies gigi
d.    Bacillus subtilis
Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946 sebagai immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit urinary tract seperti Rotavirus dan Shigella. Bacillus subtilis merupakan salah satu yang paling banyak digunakan untuk produksi enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk produksi amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu, aplikasinya banyak sekali.
e.    Bacillus thuringiensis
Sudah dikenal luas sebagai bakteri pathogen terhadap serangga. Bioinsektisida berbahan bakteri. Pada saat ini sudah banyak ditemukan pada air cucian beras dan digunakan untuk pengendalian hama karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang  berguna, dan residunya tidak menimbulkan bahaya bagi manusia.


f.      Bacillus licheniformis
Bacillus licheniformis sangat bermanfaat sebagai probiotik dan biasa dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ikan.
g.    Bacillus brevis
Bacillus brevis sangat bermafaat bagi kehidupan manusia yaitu menghasilkan terotrisin. Tirotrisin merupakan antibiotik pertama yang dipakai untuk mengobati penyakit-penyakit manusia. Dewasa ini tirotrisin masih dipakai,tetapi hanya pada dosis yang sangat rendah karena sangat beracun. Antibiotik ini hanya dipakai untuk mengobati infeksi pada permukaan tubuh saja.

h.    Corynebacterium glutamicum
Dapat menghasilkan Monosodium Glutamat (MSG) yang berguna sebagai  penguat rasa, menghilangkan rasa tidak enak yang terdapat pada bahan makanan tertentu dalam industri makanan. lutamicum C. membuat banyak kontribusi bagi lingkungan karena dapat digunakan dalam bioremediasi, seperti arsen. Penelitian juga dilakukan menggunakan glutamicum C. untuk menghasilkan plastik biodegradable.
i.      Clostridium botulinum
Selama pertumbuhan, eksotoksin dikeluarkan oleh bakteri ini ke lingkungan sekitarnya. Eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini sering disebut Botix (Botulinum Toxin) . Di bidang kecantikan, botox digunakan melalui cara suntikan. Zat ini dipercaya ampuh menghilangkan kerutan wajah seperti di kening dan garis tawa. Penyuntikan tentunya harus dilakukan oleh ahli kecantikan atau dokter sesuai dosis yang diperlukan.
2.1.7 Penyakit dari Bakteri Gram Positif
Gram
Genus
Penyakit

Staphylocccus
Impetigo, keracunan makanan, bronkitis
Gram Positif
Streptococcus
Pneumonia, meningitis, karies gigi

Enterococcus
Enteritis

Bacillus
Anthrax

Clostridium
Tetanus, botulisme

Mycobacterium
Tuberkolsis

Mycoplasma
Jerawat pneumonia


2.2 Staphylococcus aureus




Staphylococcus aereus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk menggerombol yang tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus aereus bertambah dengan cepat pada beberapa tipe media dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning gelap. Staphylococcus aereus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antimikroba.
Klasifikasi Staphylococcus aureus :
Kingdom : Protozoa
Divisio : Schyzomycetes
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacterialos
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus bersifat nonmetal, non spora, anaerob fakultatif, katalase positif, dan oksidase negative. Staphylococcus aureus  tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 20 - 35ºC. Koloni pada media padat berbentuk bulat, lambat dan mengkilat. Staphylococcus aureus menghasilkan tujuh tipe enterotoksin, yaitu: A, B, C, C1, C2, D, dan E.
Staphylococcus aureus mempunyai 4 karakteristik khusus, yaitu faktor virulensi yang menyebabkan penyakit berat pada normal hast, faktor differensiasi yang menyebabkan penyakit yang berbeda pada sisi atau tempat berbeda, faktor persisten bakteri pada lingkungan dan manusia yang membawa gejala karier, dan faktor resistensi terhadap berbagai antibiotik yang sebelumnya masih efektif. Staphylococcus aureus menghasilkan katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Berikut akan dijelaskan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aereus
2.2.1 Impetigo
            Impetig merupakan suatu penyakit kulit yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aereus. Penularan penyakit ini dapat terjadi secara langsung melalui sentuhan kulit dengan kulit atau melalui barang-barang perantara, seperti handuk, baju, atau peralatan makan yang telah terkontaminasi bakteri ini.
            Umumnya kondisi ini lebih banyak diidap oleh anak-anak daripada orang dewasa, karena lingkungan mereka lebih menunjang untuk terjadinya interaksi fisik dengan teman-teman sebaya mereka, seperti di sekolah. Berdasarkan gejalanya, impetigo dibagi menjadi dua, yaitu jenis bulosa dan nonbulosa. Impetigo bolusa ditandai dengan kulit yang melepuh dan berisi cairan. Sedangkan impetigo nonulosa ditandai dengan munculnya bercak-bercak merah, seperti luka yang meninggalkan kerak bewarna kuning kecoklatan. Meski tidak melepuh, impetigo nonbulsa lebih menular dibandingkan dengan impetigo bulosa.
            Selain gejala yang tampak pda kulit, ada juga gejala lain yang menyertai kedua jenis impetigo, yaitu demam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
2.2.2 Proses Perkembangan Gejala Impetigo
Gejala impetigo tidak langsung muncul setelah penderit terinfeksi, namun gejala biasanya baru terlihat setelah 4-10 hari terpapar bakteri. Umumnya jenis impetigo yang lebih sering menjangkiti adalah nonbulosa. Infeksi impetigo bulosa biasanya muncul di bagian tengah tubuh antara pinggang dan leher atau lengan dan tungkai. Sedangkan infeksi impetigo nonbulosa biasa terjadi di sekitar mulut dan hidung. Tapi dapat mneyebar ke seluruh tubuh lainnya melalui perantara jari, handuk, atau baju yang telah terpapar bakteri.
Berikut ini adalah perkembangan gejala impetigo bulosa:
a)    Kulit melepuh dan berisi cairan berukuran 1-2 cm yang tersa sakit dan membuat kulit di sekitarnya gatal.
b)    Kulit melepuh yang dalam waktu singkat dapat menyebar kemudian pecah dalam beberapa hari
c)    Pecahan kulit yang melepuh kemudian meninggalkan kerak bewarna kuning
d)    Setelah sembuh, kerak kuning tersebut hilang tanpa meninggalkan bekas sama sekali
Berikut ini adalah perkembangan gejala impetigo nonbulosa:
a)    Munculnya bercak merah menyerupai luka yang tidak terasa sakit, namun gatal
b)    Bercak dapat menyebar dalam wakt singkat ketika disentuh atau digaruk, kemudian berganti menjadi kerak bewarna kecoklatan
c)    Setelah kerak yang ukurannya sekitar 2 cm ini kering, yang tersisa adalah bekas bewarna kemerahan
d)    Bekas bewarna kemerahan ini dapat sembuh tanpa bekas dalam jangka waktu beberapa hari atau minggu
Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi dalam 3 kategori:
1. Mikroorganisme patogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder pada kulit.
2. Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen menyebabkan kelainan pada kulit.
3. Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik.
2.2.3 Penyebab Impetigo
      Penyebab penyakit impetigo adalah bakteri Staphylococcus aereus atau Streptococcus pyogenes. Penularan bakteri ini dapat terjadi melalui kontak fisik langsung dengan penderita atau melalui perantara seperti baju, handuk, serbet, dan lain sebaginya.
      Bakteri ini akan lebih mudah menginfeksi seseorang jika orang tersebut memiliki luka sebelumnya, bisa juga karena luka yang ditimbulkan oleh infeksi kulit lain seperti, eksim, kudis, atau infeksi kutu. Faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terpapar bakteri impetigo, diantaranya:
·         Melakukan aktivitas yang penuh dengan kontak kulit. Misalnya bermain sepak bola
·         Memiliki kekebalan tubuh yang lemah
·         Lingkungan yang padat. Bakteri ini lebih mudah menular di lingkungan yang ramai
·         Anak-anak
·         Suhu lembab
·         Berpenyakit diabetes. Gejala luka yang dimiliki oleh penderita diaetes memudahkan bakteri impetigo untuk masuk dan menginfeksi
2.2.4 Diagnosis Impetigo
            Untuk menilai apakah seseorang terkena impetigo atau tidak, biasanya tidak membutuhkan tes laboratorium karena dokter dapat mendiagnosis penyakit ini hanya dari melihat ciri-ciri kullit yang terinfeksi. Tes laboratorium dilakukan untuk penderita impetigo yang semakin memburuk walau telah diberikan obat, biasanya pada kasus ini pasien terkena penyakit lain, misalnya penyakit herpes.
2.2.5 Pengobatan Impetigo
Pengobatan utama impetigo adalah menggunakan antibiotik. Antibiotik dibagi menjadi dua, yaitu antibiotic oles dan antibiotic minum. Antibiotic oles digunakan jika infeksi yang terjadi masih ringan. Sedangkan antibiotic minum digunakan jika gejala impetigo tidak bisa ditangani.
2.2.6 Komplikasi Impetigo
Jika tidak ditangani dengan benar, impetigo dapat menyebabkan komplikasi seperti berikut:
·         Penyakit glomerulonetfritis. Jika bakteri masuk ke dalam system limfa dan aliran drah, maka kesehatan organ ginjal dapat terancam. Salah satu komplikasi yang menyerang ginjal ini ditandai denga sakit kepala dan mual terus menerus, pembengkakan pada tubuh, serta perubahan pada urine
·         Penyakit ecthyma. Kondisi ini merupakan perkembangan dari gejala impetigo yang sangat parah, yaitu ketika infeksi menyebar lebih jauh ke dalam lapisan kulit dan dapat meninggalkan bekas luka permanen. Kulit penderita ecthyma akan dipenuhi bisul bernanah yang terasa sangat gatal, dan kerak-kerak bewarna cokelat gelap
·         Selulitis. Serangan bakteri impetigo di lapisan kulit dalam juga bisa merusak jaringan kulit dan menyebabkan selulitis atau infeksi kulit lapisan dalam. Jika dibiarkan berakibat fatal.
2.2.7 Pencegahan Penyakit Impetigo
      Pencegahan penyakit impetigo ini sangat sederhana sekali, yaitu:
·         Hindari bersentuhan langsung dengan penderita atau berbagi pakaian, misalnya handuk.
·         Usahakan suhu lingkungan rumah atau kamar tidak lembab agar bakteri tidak masuk
·         Jaga kebersihan diri dan lingkungan



























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakteri adalah makhluk hidup yang bersifat uniseluler. Pembagian bakteri menurut karakteristik dinding sel nya dibedakan menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Pada bakteri gram positif yang telah dibahas, ada bakteri yang mneguntungkan dan merugikan. Untuk menjaga agar terhindar dari penyakit yang di khusunya disebabkan oleh bakteri yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
3.2 Saran
Khusunya kepada calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang akan melakukan pencegahan penyakit kepada masyarakat agar menjaga kebersihan diri sendiri terlebih dahulu dan menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini dilakukan agar khususnya diri sendiri dan masyarakat terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri khususnya bakteri gram positif.









DAFTAR PUSTAKA

Dewi, 2013, ‘Isolasi, Identifikasi, dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxilin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Masitis di Wilayah Giri,ulyo, Kulonprogo, Yogyakarta’, Jurnal Sain Veteriner, Vol.31, No.2, dilihat 30 Maret 2018
Pratiwi, dkk, 2014,  Biologi Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta, Erlangga.
Pediatri, 2001, ‘Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit’, International
            Education Journal,  Vol. 2, No. 4, dilihat 30 Maret 2018


Comments

Popular posts from this blog

Makalah Mortalitas Ilmu Kependudukan

MORTALITAS Makalah yang Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Dasar Ilmu Kependudukan Semester I/2017 Oleh Kelompok 2 KATA PENGANTAR             Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dasar ilmu kependudukan sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun penyusunan makalah ini melalui proses yang cukup singkat, yaitu sekitar 1 minggu dimulai sejak tanggal 11 Desember 2017. Makalah yang berjudul “Mortalitas” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah dasar ilmu kependudukan dan diharapkan melalui makalah ini, kami selaku penulis dapat lebih memahami kaidah bahasa Indonesia dan mampu menerapkan metode penulisan karya ilmiah dengan konsisten. Adapun isi dari makalah ini yaitu memuat materi perkuliahan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan m...

Pengertian KUDIS

KUDIS KESMAS COMMUNITY - Kudis merupakan salah satu penyakit kulit yang menular. Kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau-tungau tersebut akan menggali liang untuk bersarang di bawah lapisan kulit. Daerah di sekitar sarang tersebut kemudian akan terasa sangat gatal, terutama pada malam hari, dan akhirnya membentuk ruam. Kudis biasanya memiliki masa inkubasi sekitar 30-60 hari sebelum muncul rasa gatal dan ruam. Pada anak-anak, ruam tempat tungau bersarang sering muncul pada kulit kapala, wajah, leher, telapak tangan, dan telapak kaki. Sementara para pengidap dewasa umumnya mengalami gejala ini pada sela-sela jari, ketiak, sekitar selangkangan, pergelangan tangan, siku, sekitar payudara, dan puting, telapak tangan dan kaki, bokong, serta organ intim. Tungau ini tahan terhadap air hangat serta sabun, jadi tidak bisa diberantas walau pengidap sudah menggosok tubuh sampai bersih pada saat mandi. Penularan dan Pencegahan Kudis      ...