OBESITAS
Obesitas adalah kondisi
kronis pada tubuh dimana terjadinya penumpukan lemak berlebih dalam
tubuh, melebihi batas yang baik untuk kesehatan. Obesitas tidak hanya
berdampak pada penampilan fisik penderitanya, tetapi juga meningkatkan risiko
dalam kondisi kesehatan lainnya, seperti penyakit
jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Penyakit
ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan
kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energy dalam tubuh ini disimpan
dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di
tempat-tempat tertentu di antaranya dalam jaringan subcutan, dan di dalam
jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya
pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal
menurut umurnya.
Pada orang
yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih
berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, pada umumnya
lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan
dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung
menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.
(Notoatmodjo, 2015:228)
Masalah
kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada
semua strata social ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas
merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa, dan
merupakan factor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolic dan degneratif
seperti penyakit kardiovaskuler, diabiles mellitus, kanker, osteoarthritis,
dll. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai
masalah yang sangat merugikan kualitas hidup anak, seperti gangguan pertumbuhan
tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti nafas sesaat), dan gangguan
pernafasan lain.
Hasil RISKESDAS tahun 2010
menunjukkan pravalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun)
sebesar 9,2%. Sebelas provinsi, seperti D.I Aceh (11,6%), Sumatera Utara
(10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau (10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan
Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa Tengah (10,9%), Jawa Timur (12,4%),
Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%), berada di atas pravelensi
nasional.
Obesitas dan berat badan
berlebih (overweight) merupakan dua konsep yang berbeda. Overweight adalah
kondisi di mana terdapat kenaikan berat badan berlebih. Kenaikan berat badan
tersebut tidak hanya disebabkan oleh lemak berlebih, tetapi juga disebabkan
massa otot atau cairan dalam tubuh. Kondisi-kondisi tersebut dapat memberikan
dampak berbahaya pada kesehatan.
Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas adalah mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energy, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederehana, dan rendah serat. Sedangkan perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk food, makanan dalam kemasan, dan minuman ringan (soft drink)
Selain pola makan dan perilaku
makan, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan faktor penyebab terjadinya
kegemukan dan obesitas pada anak sekolah. Keterbatasan lapangan untuk bermain
dan kurangnya fasilitas untuk beraktivitas fisik yang menyebabkan anak mamilih
untuk bermain di dalam rumah, faktor
psikologis (makan saat stress). Selain itu, kemajuan
teknologi berupa alat elektronik seperti video games, playstation, televisi,
dan computer menyebabkan anak malas untuk melakukan aktivitas fisik.
Berat badan yang ideal pada orang dewasa
menurut rumus Dubois ialah:
B (kg)= (Tcm-10) + 10%
dengan:
B = Berat badan hasil
pengukuran
T = Tinggi badan
Oleh bagian gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dilakukan koreksi sebagai berikut.
B (Kg)= {(Tcm-100)-10%}+10%
Contoh: Si Ali (dewasa)
diukur tinggi badannya 160 cm, maka berat Ali yang ideal adalah antara 54
kilogram sampai 66 kilogram (paling
rendah 54 kilogram dan paling tinggi 66 kilogram). Apabila orang dewasa yang
tinggi badannya 160 cm, dengan berat badan di bawah 54 kg maka ia kekurangan
gizi dan bila lebih dari 66 kg ia termasuk obesitas (kegemukan).
Dewasa ini ahli gizi menentukan seseorang atau kekurangan
gizi dengan “indeks massa tubuh” (IMT) “body mass index”, dengan rumus:
IMT (BMI) = Berat Badan (dalam kilogram/kg)
(Tinggi Badan (dalam meter/m)2
Bila hasilnya: <18,5 :
Kurus (kurang gizi) = Rendah
18,5-25 :
Normal (gizi baik) =
Rata-rata
25-29,9 :
Gemuk (gizi lebih) = Berat
badan lebih
30+ :
Kegemukan (0besitas) = Berat badan
berlebihan
Orang-orang dengan BMI
lebih besar dari 25 dapat dikategorikan sebagai overweight, pada 30
atau lebih termasuk ke dalam obesitas, dan pada 40 ke atas merupakan tingkat
obesitas yang serius.
Untuk kebanyakan orang, BMI
dimanfaatkan untuk mengukur kandungan lemak dalam tubuh. Tetapi, BMI tidak
dapat dijadikan acuan mandiri untuk mengukur kadar lemak dalam tubuh, akan tetapi, untuk lebih meyakinkan perhatikan lingkar pinggang
masing-masing. Sebagai contoh, BMI
dari para atlet yang melakukan bodybuilding tertentu dapat
dikategorikan sebagai obesitas karena otot-otot mereka berkembang secara
berlebihan untuk terlihat besar dan kuat, walaupun mereka tidak memiliki lemak
berlebih. Jika kita hanya mengandalkan BMI, kita tidak akan mendapatkan ukuran
obesitas yang akurat. Jadi, berkonsultasilah pada dokter untuk mengetahui
detail tentang tingkat obesitas Anda.
Kapan saya harus periksa
ke dokter?
Jika Anda berpikir Anda
mungkin mengidap obesitas, khususnya jika Anda peduli dengan masalah berat
badan, segera temuilah dokter. Dokter Anda dapat mengukur risiko kesehatan
Anda dan mendiskusikan cara mengurangi berat badan. Temuilah dokter secara rutin
agar diberikan metode diagnosis dan penanganan terbaik untuk anda.
Faktor-faktor risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko obesitas antara lain:
- Genetis
- Gaya hidup
- Kebiasaan memakan makanan
kurang sehat
- Merokok
- Kurang tidur
- Penggunaan obat-obatan tertentu
- Umur
- Masalah sosial dan ekonomi
- Masalah kesehatan
Jika Anda tidak mengidap faktor-faktor risiko
tersebut bukan berarti Anda tidak dapat terjangkit obesitas. Tanda-tanda
tersebut hanya referensi saja, jadi akan lebih baik jika Anda berkonsultasi
pada dokter untuk informasi lebih lanjut.
Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat
medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Apa saja pilihan
pengobatan saya untuk obesitas?
Menjaga pola makan, olah
raga, dan melakukan operasi dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan. Pakar
diet dan dokter dapat menolong Anda untuk merancang pola makan rendah lemak dan
rendah kalori. Olah raga juga merupakan langkah yang efektif. Beberapa cara
pengobatan dapat mengurangi berat badan namun juga memiliki efek samping.
Gunakan cara tersebut jika cara-cara sebelumnya tidak efektif, dan lakukan
pengobatan di bawah pengawasan dokter dan ahli kesehatan.
Gaya hidup aktif, olah
raga, dan pola makan sehat adalah jalan terbaik untuk mengurangi berat badan
dan menjaga kesehatan. Anda dapat berkonsultasi pada dokter atau pakar diet
untuk mengukur kadar kalori Anda yang bisa Anda konsumsi setiap hari.
Beberapa teknik pengobatan
dapat mengurangi berat badan, tetapi juga menimbulkan efek samping. Gunakan
cara tersebut jika diet dan olahraga tidak berjalan dengan baik. Minumlah
obat-obatan di bawah pengawasan dokter dan ahli kesehatan.
Jika Anda mengalami
obesitas (berat badan 100% di atas berat badan ideal atau BMI di atas 40) dan
gagal setelah melakukan beberapa metode mengurangi lemak, mungkin Anda dapat
mempertimbangkan untuk melakukan operasi, seperti operasi kecil pada wilayah
perut dan lambung.
Apa saja tes yang biasa
dilakukan untuk obesitas?
Untuk mendiagnosis
obesitas, dokter akan memeriksa kondisi fisik Anda dengan bertanya tentang
riwayat penyakit, pola makan, dan kebiasaan berolahraga.
Lalu, dokter akan menyarankan dua metode untuk
mengukur tingkat risiko kesehatan yang berkaitan dengan berat badan Anda:
- Indeks berat badan/Body Mass
Index (BMI) dihitung dengan rumus: BMI = berat (kg) / (tinggi 9 (m) x
tinggi (m)). Jika indeksnya lebih dari 25, Anda mengidap kelebihan
berat badan (overweight), indeks pada 30 atau lebih termasuk
obesitas, dan pada 40 ke atas termasuk obesitas berat
- Mengukur lingkar pinggang
adalah cara lain untuk mengukur kadar lemak di tubuh Anda
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan
rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi obesitas?
Kegiatan dan pengobatan rumah berikut ini dapat
menolong Anda menanggulangi obesitas:
- Informasikan dokter
tentang kondisi kesehatan Anda
- Informasikan dokter obat-obatan
apa saja yang Anda gunakan. Hubungi dokter jika mengalami efek samping
dari obat-obatan tersebut
- Bergabung dengan komunitas yang
berhubungan dengan penurunan berat badan
- Melakukan kegiatan fisik aktif
sehari-hari
- Memahami kondisi terkini dari
berat badan, indeks berat badan, dan lemak pada tubuh Anda
- Hubungi dokter jika
mengalami diare atau gula darah rendah setelah operasi
- Pahami kondisi badan Anda agar
dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kondisi tubuh
- Buatlah target yang realistis;
jangan mengurangi berat badan secara drastis dalam waktu singkat karena
akan mudah kembali lagi
- Ikuti jadwal penanganan dengan
baik
- Catatlah riwayat proses
pengobatan Anda. Usahakan untuk mencatat makanan yang dimakan dan
aktivitas yang dilAkukan selama masa penanganan obesitas. Hal ini dapat
membantu Anda untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Selain itu,
Anda juga akan lebih terlatih untuk mengategorikan makanan atau aktivitas
yang harus dijaga atau dikurangi. Anda dapat mengidentifikasi dan
menghindari makanan yang mengundang nafsu makan berlebih; makanlah hanya
saat merasa lapar
Program-program kesehatan terkait dengan penanganan dan
pengendalian Obesitas di Indonesia
Penilaian status gizi anak baru masuk sekolah
(PSG-ABS)
Dalam buku Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan
2012 disebutkan bahwa langkah penemuan kasus obesitas dilakukan melalui kegiatan Penjaringan Kesehatan di Sekolah. Bila
ditemukan anak dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka dia dirujuk ke
Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.8 Program penilaian status
gizi anak baru masuk sekolah (screening)
dilaksanakan pada tataran sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama.
Hal ini sebenarnya sebuah program yang sangat baik dilakukan
untk melakukan deteksi dini pada anak dengan gangguan status gizi (baik gizi
kurang/buruk maupun gizi lebih/obesitas). Namun sayangnya salah satu kelemahan
dari program ini adalah data hasil pengukuran antropometri/penilaian status
gizi yang dilakukan hanya tersimpan sebagai data statis di pihak sekolah atau
petugas kesehatan saja.
Dalam program screening
status gizi ini pemangku kepentingan (stakeholder)
dengan peran terbesar adalah Kepala Puskesmas dan Petugas Gizi Puskesmas.
Selain itu keterlibatan kepala sekolah dan Guru UKS juga
memegang peran yang cukup penting.
Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
Salah satu kegiatan dalam program ini adalah penyuluhan gizi
bagi anak sekolah dan pembinaan kantin sekolah. Lingkungan sekolah merupakan
tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan,
keterampilan serta dukungan sosial dari warga sekolah.
Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan
perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam jangka waktu lama.8
Meskipun pesan-pesan kunci untuk pencegahan obesitas telah dituangkan
dalam Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada anak sekolah, namun
sayangnya belum mengatur tentang bagaimana teknis penyampaian pesan ini.
Seperti pelatihan bagi guru, pembagian sesi penyampaian materi, berapa kali
materi harus disampaikan kepada anak-anak, dan hal yang lainnya.
Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak
sekolah merupakan suatu upaya komprehensif yang melibatkan stakeholder yang ada di wilayah. Dalam hal kebijakan upaya
kesehatan sekolah ini, stakeholders mempunyai
peran besar adalah Dinas Pendidikan dan Olahraga, Kepala Sekolah, serta Guru
UKS sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan, melalui koordinasi dengan
Kepala Puskesmas. Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan obesitas
pada anak sekolah meliputi promosi, penemuan dan tatalaksana kasus yang dalam
pelaksanaannya melibatkan anak, orangtua, guru, komite sekolah dan stakeholder.
Program Pendidikan Kesehatan
Masyarakat melalui Kadarzi
(Keluarga Sadar Gizi)
Dalam program ini secara eksplisit sudah dijelaskan bagaimana
suatu keluarga mengenal masalah gizi anggota keluarga mereka. Salah satunya
adalah cara menilai status gizi anggota keluarga. Program ini merupakan program
berbasis masyarakat dengan leading sector
Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Namun sayangnya program ini sifatnya hanya upaya
promotif satu arah dari petugas kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga apabila ada anggota keluarga yang mengalami masalah gangguan
gizi tidak dijelaskan secara terperinci kemana mereka harus meminta bantuan
untuk penanganannya.
Pengembangan Program
Penanganan dan Pengendalian
Obesitas berbasis Kesehatan Masyarakat
Rekomendasi Global untuk pemerintah daerah dan pusat yang digambarkan
dalam
Strategi Global WHO pada Diet, Aktivitas Fisik dan Kesehatan
(DPAS) dan di samping tindakan spesifik untuk mengatasi obesitas, mereka juga
memiliki peranan penting dalam memberikan strategi dukungan untuk pencegahan
obesitas yang efektif. 9
Merujuk strategi
global yang dikeluarkan oleh WHO dalam penanganan obesitas, maka pencegahan dan
pengendalian obesitas secara dini sangat penting untuk dilakukan. Mengingat
dampaknya yang besar terhadap kejadian penyakit-penyakit tidak menular. Memang
disadari bahwa mencegah dan mengobati penyakit kronis memang menjadi prioritas
yang lebih besar daripada mempromosikan penurunan berat badan. Hal ini tidak
terlepas dari pandangan masyarakat yang belum sepenuhnya merasakan manfaat
penurunan berat badan untuk kesehatan masyarakat. Namun kita tidak boleh
lengah, kebijakan kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian
obesitas harus sudah ada dan diterapkan mengingat prevalensinya semakin
meningkat.
Berbicara tentang kebijakan pencegahan dan pengendalian
obesitas, ada sejumlah instrumen atau alat-alat bagi pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan. Instrumen kebijakan utama adalah: peraturan dan
undang-undang (peraturan); perpajakan dan pendanaan (untuk program, penelitian,
monitoring dan evaluasi, pemasaran sosial dan pembangunan kapasitas); jasa dan
pelayanan (rumah sakit, tenaga kerja, dan lain-lain); dan advokasi (kepada
publik, sektor swasta, dan yurisdiksi lain). Dalam lingkungan politik
kontemporer banyak negara maju dengan ideologi dominan neoliberalisme yang
ditandai dengan penggunaan instrumen-instrumen kebijakan yang lebih menekankan
pada tanggung jawab individu. Dalam konteks kebijakan ini, tanggung jawab
individu lebih dikuatkan seperti dalam hal pemilihan pola makan dan aktivitas
fisik. Hal ini tentunya mengurangi ketergantungan terhadap intervensi
pemerintah dalam lingkungan di mana orang-orang tersebut tinggal dan membuat
pilihan-pilihan. Salah satu Negara yang mengembangkan kebijakan tingkat
nasional yang bisa kita pelajari sebagai bahan masukan dalam perencanaan
kebijakan pencegahan dan pengendalian obesitas adalah Meksiko. Meksiko telah
mengadopsi salah satu program pemerintah yang paling komprehensif. Strategi
Nasional Pencegahan dan Pengendalian Kegemukan, Obesitas dan Diabetes diluncurkan
pada paruh kedua tahun 2013. Kebijakan tersebut didasarkan atas tiga pilar :
1) meningkatkan kesehatan dan pengawasan masyarakat;
2) perawatan medis yang lebih baik bagi orang-orang dengan
penyakit kronis; dan
3) regulasi dan kebijakan fiskal. Selama tahap pertama dari
strategi, pemerintah Meksiko telah meluncurkan kampanye media yang ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang obesitas dan penyakit kronis
terkait. Meksiko juga memperkuat kerangka peraturan pada iklan makanan untuk
anak-anak, pelabelan makanan olahan, ketersediaan pangan di sekolahsekolah dan
perpajakan makanan yang tidak sehat.
Selain kebijakan di tingkat nasional juga perlu dikembangkan
kebijakan-kebijakan dalam lingkup yang lebih kecil. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dalam merancang kebijakan penanganan dan
pengendalian obesitas anak sekolah, antara lain :
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Obesitas
untuk level sekolah dan Puskesmas
Sekolah merupakan institusi unik untuk pencegahan dan pengendalian
obesitas. Komunitas ini dapat berfungsi untuk memberikan contoh pendekatan yang
lebih disukai untuk pengaturan gizi yang baik dan hidup aktif, dan praktik
mereka harus memberi contoh tidak hanya untuk siswa tetapi juga keluarga
mereka. Petugas kesehatan memiliki peran dalam memantau pertumbuhan anak-anak
untuk mengenali tanda-tanda awal dari gizi salah (baik gizi kurang/buruk maupun
gizi lebih/obesitas).
Program screening
status gizi anak baru masuk sekolah. Dalam program ini perlu ditambahkan kegiatan
menginformasikan hasil pemeriksaan status gizi kepada orang tua. Hal ini dapat
dilakukan dengan informasi secara tertulis. Pada anak-anak yang mengalami
masalah gizi perlu ditambahkan saran-saran terkait penanganan kondisi anak
mereka atau diarahkan kemana mereka dapat memperoleh informasi tambahan terkait
dengan penanganan masalah gizi anakanak mereka. Salah satu contoh program
intervensi dengan basis sekolah dilaksanakan di Karibia.
Pada tahun 2007, Institut Pangan dan Gizi Karibia meluncurkan program
kesehatan sekolah, “Mencegah Diabetes dan Penyakit Kronis Lainnya melalui
Intervensi Sekolah berbasis Perilaku”. Hasil utama yang diharapkan adalah 1)
perbaikan diet dan pola aktivitas fisik mulai dari tingkat sekolah menengah,
dan 2) program intervensi gaya hidup berkelanjutan untuk sekolah menengah di
seluruh negara terpilih. Program multikomponen dilaksanakan di empat negara
Karibia: Grenada, Saint Kitts dan Nevis, Saint Vincent dan Grenadines, dan
Trinidad dan Tobago. Salah satu komponen dari program difokuskan pada pelatihan
guru untuk memperkenalkan konsep diet sehat dan aktivitas fisik, sebagaimana
ditentukan dalam DPAS, dengan kurikulum sekolah. Penekanan dalam komponen ini
diberikan kepada: self-assessment dan
monitoring; penetapan tujuan; dan pengembangan keterampilan kognitif, afektif
dan perilaku yang relevan yang dibutuhkan untuk adopsi sukarela perilaku yang
ditargetkan.11
Pembinaan kantin sekolah
Sebagian besar makanan jajanan yang dijual dikantin sekolah saat
ini adalah makanan yang tinggi gula dan karbohidrat sederhana, rendah kandungan
zat gizi dan tidak jarang menggunakan berbagai bahan tambahan makanan (BTM)
yang tidak sehat. Minuman yang tinggi gula dan jajanan yang tinggi karbohidrat
sederhananya adalah salah satu pemicu timbulnya obesitas pada anak-anak.
Diperlukan kebijakan yang mampu meregulasi ketentuan akan makanan jajanan yang
dijual di kantin sekolah yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan gizi anak
tersebut. Makanan jajanan lokal yang bergizi dan kaya serat perlu digalakkan
untuk dikonsumsi oleh anak sekolah.
Negara yang sudah melaksanakan kebijakan pencegahan dan
pengendalian obesitas melalui kebijakan pengaturan kandungan bahan makanan
adalah Denmark. Negara ini merupakan negara pertama yang menerapkan hukum yang
ketat membatasi kondungan lemak-trans dalam makanan. Pada tahun 2003, Dewan
Nutrisi Denmark menegaskan bahwa ada efek berbahaya yang cukup besar pada
kesehatan lemak-trans, tanpa efek positif. Meskipun dihilangkan dari makanan, lemak-trans
tersebut tidak akan mempengaruhi selera, harga atau ketersediaan makanan.
Legislasi disahkan membatasi lemak trans sebanyak 2% dari kandungan lemak dan
minyak dalam makanan untuk konsumsi manusia.12 Selain adanya
regulasi/aturan internal sekolah yang mengatur tentang makanan jajanan yang
dijual dikantin sekolah, perlu juga dilakukan pendidikan gizi yang terstruktur
mengenai dampak gizi terhadap proses belajar serta upaya apa yang harus
dilakukan. Upaya ini bisa dimulai dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru
dan pengelola kantin tentang gizi dan kesehatan anak sekolah.
Negara bagian Queensland, Australia menerapkan kebijakan
pelayanan makanan sehat “Pilihan lebih baik” pada September 2008. Inisiasi
program “Pilihan lebih baik” difokuskan pada penyediaan makanan dan minuman
non-alkohol di fasilitas yang dimiliki atau dioperasikan oleh
Queensland Health (misalnya rumah
sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik dan pusat-pusat rehabilitasi).
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pilihan makanan sehat yang tersedia
di fasilitas milik pemerintah setidaknya 80% dari total makanan dan minuman
yang tersedia di fasilitas ini. Semua makanan dan minuman non-alkohol yang
biasa dipasok diklasifikasikan ke dalam tiga kategori sesuai dengan nilai gizi mereka:
“Hijau” (pilihan terbaik), “Kuning” (hati-hati memilih) dan “Merah” (batas).
Pemberian label makanan memudahkan konsumen untuk memilih makanan atau minuman
sehat.13 Pendidikan kesehatan bagi keluarga terkait dengan gizi dan
aktivitas fisik
Secara nasional
diperlukan kebijakan pembatasan iklan makanan yang tinggi lemak dan tinggi gula
pada media massa seperti televisi, koran, majalah dan sebagainya. Paparan
informasi dan iklan makanan memberi dampak secara tidak langsung terhadap
perubahan pola makan masyarakat. Keinginan untuk mencoba yang baru,
identifikasi seperti yang diiklankan memengaruhi orang membeli barang yang
diiklankan. Disisi lainnya peningkatan aktivitas fisik juga perlu dikampanyekan
tersendiri. Bogotá, ibukota Kolombia, dianggap sebagai pemimpin dunia dalam
mempromosikan transportasi aktif dan aktivitas fisik secara teratur. Salah satu
inisiatif di Bogotá, “Ciclovia” jalan-jalan tertentu dan jalan utama ditutup
untuk mobil pada hari Minggu dan hari libur dari jam 7 pagi sampai 14:00, untuk
mempromosikan aktivitas fisik termasuk bersepeda dan berjalan. Inisiatif ini
dimulai pada tahun 1974 saat warga memprotes kurangnya kesempatan rekreasi dan
kemacetan lalu lintas. Inisiatif ini harus mengatasi perlawanan dari bisnis dan
kurangnya komitmen kelembagaan dari kota, tetapi pada tahun 2005, sekitar 10%
(sekitar 400.000) dari warga Bogotá yang berpartisipasi dalam “Ciclovia” setiap
hari Minggu. Sejumlah inisiatif lain telah dilaksanakan di seluruh kota untuk
mendorong aktivitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2015.
Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012. Pedoman
Pencegahan dan
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas Pada Anak Sekolah. [pdf]Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at
http://www.gizi.depkes.go.id.>download>obesitas.pdf [Diakses 2 Oktober 2018].
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas Pada Anak Sekolah. [pdf]Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at
http://www.gizi.depkes.go.id.>download>obesitas.pdf [Diakses 2 Oktober 2018].
Suiraoka, IP., 2015.
Pencegahan dan Pengendalian Obesitas Pada Anak Sekolah. Jurnal
Ilmu Gizi, [online] Volume 6/Nomor 1, 33-42. Available at:
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id>2017/12 [Diakses 3 Oktober 2018].
Ilmu Gizi, [online] Volume 6/Nomor 1, 33-42. Available at:
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id>2017/12 [Diakses 3 Oktober 2018].
PENTING...
Teman-temen terimakasih banyak ya sudah mau mampir ke blog ku.... Jangan lupa untuk memberi kritik dan saran yang membangun agar aku dapat membagikan ilmu yang aku pelajari lebih baik lagii... Terimakasih ....
Comments
Post a Comment